http://mhrmedia.blogspot.co.id/2016/04/makalah-peranan-guru-dalam-pembelajaran.html
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sebuah
makalah tentang Belajar dan Pembelajaran yang saya buat sendiri dan diambil langsung
dari buku-buku pada tahun 2015 ketika saya diberikan tugas mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran. Oke langsung saja... ci ki dot!...
MAKALAH
PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
”Belajar
dan Pembelajaran”
Dosen Pembimbing
Oleh
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BANJARMASIN
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat dan
karuniaNya kami masih diberi kesempatan bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul,
“Peranan Guru Dalam Pembelajaran dan Kegiatan Pembelajaran” dan “ Evaluasi Belajar dan Pembelajaran” kami mengucapkan terima kasih banyak kepada
Ibu Nina Peratasari, S.Psi., M.Pd. sebagai dosen pengajar saya pada mata kuliah
belajar dan pembelajaran yang sudah memberikan tugas ini.
Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua tentang pendekatan
pembelajaran humanistik.kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan
dari makalah itu sendiri. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi segala usaha kita.Amin.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar……………………………………………………….…………...i
Daftar
isi…………………………………………………………………………...ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang……………………………………….……………..................1
B.
Tujuan Penelitian………………………………………………………….......1
C.
Manfaat Penelitian……………………………..............................................1
BAB
IIISI
A..
Kajian Teori…………………………………………………….....……….......2
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….....…….…..9
B. Saran……………………………………………………..…………....…..…...9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………........…..10
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Saat
ini kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat. Kita sebagai
seorang pendidik, dituntut untuk semakin kreatif dalam mengembangkan atau
menyajikan materi ajar kita kepada siswa atau peserta didik. Sehingga hasil
dari proses yang kita kembangkan membuat peserta didik kita siap menghadapi
tantangan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini. Seperti yang kita tahu, untuk
memperoleh pengetahuan itu, tidak harus mendapatkannya dibangku sekolah saja
atau dengan kata lain ilmu dapat kita peroleh dari mana saja, terutama lewat
lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, pemahaman tersebut harus dapat kita
tanamkan pada setiap peserta didik kita agar pengetahuan yang mereka peroleh
tidak hanya sebatas pengetahuan dari sekolah saja.
Kita
sebagai pendidik juga dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik kita
untuk belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan dari guru. Peserta didik
harus mampu mengembangkan kemampuan yang diperoleh dari lingkungannya untuk
menemukan suatu konsep dalam pembelajaran. Selain itu peserta didik juga harus
terbiasa dengan pemahaman untuk belajar berlangsung seumur hidup mereka.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui
hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui
evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat di butuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh
perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran,
pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia
lakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan
bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dia lakukan
dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan
mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita
dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah
menjadi lebih baik ke depan.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan
untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami
siswa dan mengolah atau mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data
kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Evaluasi yang
dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi
pembelajaran.
Judul
Makalah ini sengaja di pilih karena menarik perhatian penulis untuk di cermati
dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang perduli terhadap dunia
pendidikan dan cara mengajar guru terhadap murid.
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran.
C. Manfaat
Penulisan
Manfaat penulisan Makalah ini
adalah menjadikan kami mahasiswa Sendratasik menjadi rajin, dan kami sebagai
calon guru nanti mampu mengetahui dan menerapkan peranan guru dalam pembelajaran dan kegiatan pembelajarannya dan mengevaluasi
belajar dan pembelajaran pada saat mengajar dan memberikan ilmu kepada siswa (i).
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Peranan Guru Dalam
Pembelajaran dan dalam Kegiatan Pembelajaran
Peran guru
Efektivitas dan efisien belajar
individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang
ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :
_ Konservator (pemelihara) sistem
nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;
_ Inovator (pengembang) sistem nilai
ilmu pengetahuan;
_ Transmitor (penerus) sistem-sistem
nilai tersebut kepada peserta didik;
_ Transformator (penterjemah)
sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan
perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
_ Organisator (penyelenggara) terciptanya
proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara
formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral
(kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).
Sedangkan dalam pengertian
pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip pemikiran Gage dan
Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta
didik, yang mencakup :
Guru sebagai perencana (planner)
yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan didalam proses belajar mengajar
(pre-teaching problems).;
Guru sebagai pelaksana (organizer),
yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak
sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana
dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung
(during teaching problems).
Guru sebagai penilai (evaluator)
yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan
pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses
pembelajaran, berdasarkan kriteria
yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi
produknya.
Selanjutnya, dalam konteks proses
belajar mengajar di Indonesia, Abin Syamsuddin menambahkan satu peran lagi
yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu
mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar,
melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus
membantu pemecahannya (remedial teaching).
Di lain pihak, Moh. Surya (1997)
mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di
sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran,
penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta
didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family
educator). Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina
masyarakat
(social developer), penemu
masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent).
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang
peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi
pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas
pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
· Pengambil inisiatif, pengarah, dan
penilai pendidikan;
· Wakil masyarakat di sekolah,
artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam
pendidikan;
· Seorang pakar dalam bidangnya,
yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya;
· Penegak disiplin, yaitu guru harus
menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin;
· Pelaksana administrasi pendidikan,
yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
· Pemimpin generasi muda, artinya
guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai
generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan
· Penterjemah kepada masyarakat,
yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya
(self oriented), seorang guru berperan sebagai :
_ Pekerja sosial (social worker),
yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;
_ Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang
yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan
penguasaan keilmuannya;
_ Orang tua, artinya guru adalah
wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik disekolah;
_ model keteladanan, artinya guru
adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
_ Pemberi keselamatan bagi setiap
peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan
gurunya.
Dari sudut pandang secara
psikologis, guru berperan sebagai :
Pakar psikologi pendidikan, artinya
guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu
mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
o seniman dalam hubungan antar manusia
(artist in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan
menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
o Pembentuk kelompok (group
builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai
cara untuk mencapai tujuan pendidikan;
o Catalyc agent atau inovator, yaitu
guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat
suatu hal yang baik; dan
o Petugas kesehatan mental (mental
hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan
mental para peserta didik.
Sementara itu, Doyle sebagaimana
dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam
pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi
proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini
mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses
pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di
kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi
peserta didik dengan guru, jam masuk
dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar,
pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran,
lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan
global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin
kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai
peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih
dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak
lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai
informasi dan pengetahuan yang sedang
tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia dijagat raya ini. Di masa
depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah
peserta didiknya.
Terkait dengan sikap dan perilaku
guru sebagai fasilitator, di bawah ini dikemukakan beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru untuk dapat menjadi seorang fasilitator yang sukses:
1. Mendengarkan dan tidak
mendominasi.
Karena siswa merupakan pelaku utama
dalam pembelajaran, maka sebagai fasilitator guru harus memberi kesempatan agar
siswa dapat aktif. Upaya pengalihan peran dari fasilitator kepada siswa bisa
dilakukan sedikit demi sedikit.
2. Bersikap sabar.
Aspek utama pembelajaran adalah
proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Jika guru kurang sabar
melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, maka hal ini
sama dengan guru telah merampas kesempatan belajar siswa.
3. Menghargai dan rendah hati.
Guru berupaya menghargai siswa
dengan menunjukan minat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman
mereka.
4. Mau belajar.
Seorang guru tidak akan dapat
bekerja sama dengan siswa apabila dia tidak ingin memahami atau belajar tentang
mereka.
5. Bersikap sederajat.
Guru perlu mengembangkan sikap
kesederajatan agar bisa diterima sebagai teman atau mitra kerja oleh siswanya.
6. Bersikap akrab dan melebur.
Hubungan dengan siswa sebaiknya
dilakukan dalam suasana akrab, santai, bersifat dari hati ke hati
(interpersonal realtionship), sehingga siswa tidak merasa kaku dan sungkan dalam
berhubungan dengan guru.
7. Tidak berusaha menceramahi.
Siswa memiliki pengalaman,
pendirian, dan keyakinan tersendiri. Oleh karena itu, guru tidak perlu
menunjukkan diri sebagai orang yang serba tahu, tetapi berusaha untuk saling berbagai
pengalaman dengan siswanya, sehingga diperoleh pemahaman yang kaya diantara
keduanya.
8. Berwibawa.
Meskipun pembelajaran harus
berlangsung dalam suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya
tetap dapat menunjukan kesungguhan di dalam bekerja dengan siswanya, sehingga
siswa akan tetap menghargainya.
9. Tidak memihak dan mengkritik.
Di tengah kelompok siswa seringkali
terjadi pertentangan pendapat. Dalam hal ini, diupayakan guru bersikap netral
dan berusaha memfasilitasi komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda
pendapat, untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya.
10. Bersikap terbuka.
Biasanya siswa akan lebih terbuka
apabila telah tumbuh kepercayaan kepada guru yang bersangkutan. Oleh karena
itu, guru juga jangan segan untuk berterus terang bila merasa kurang mengetahui
sesuatu, agar siswa memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar
11. Bersikap positif.
Guru mengajak siswa untuk mamahami
keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada, bukan sebaliknya
mengeluhkan keburukan-keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap
siswa adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk
merubah keadaan.
Saroj Buasri (1970) berpandangan bahwa guru-guru yang
baik hendaknya mempunyai 3 kualitas dasar:
1. Guru yang baik harus membelajarkan dengan baik.
Pembelajaran yang baik
berasal dari pengetahuan tentang teknik-teknik pembelajaran yang sifatnya
ilmiah . Ada komitmen untuk mempersiapkan bahan-bahan belajar dan pengakuan
atas perlunya memadukan moralitas dengan pembelajaran.
2. Guru yang baik harus terus belajar dan melakukan
penelitian untuk pengembangan dan pengetahuannya.
3. Guru-guru yang baik harus terus membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, untuk membantu orang
atau masyarakat yang memerlukan.
Mukhtar dan Martinis Yamin (2005) dalam M. Sobry Sutikno
(2007) menjelaskan bahwa, untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil
(efektif), seorang guru harus melaksanakan beberapa peran, berikut ini:
1. Guru sebagai model. Anak dan remaja berkembang ke arah idealisme dan
kritis. Mereka membutuhkan guru sebagai model yang dapat di contoh dan
dijadikan teladan. Karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan,
keterampilan, maupun kepribadian. Kelebihan ini tampak dalam disiplin pribadi
yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan-kebiasaan
yang sehat , sikap yang demokratis, terbaik, dan sebagainya. Dalam menjalankan
kegiatan peranan ini, guru harus senantiasa dalam keterlibatan secara emosional
dan intelektual dengan anak-anak. Dia senantiasa berusaha memberikan bimbingan
, menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan menggairahkan anak untuk
belajar, menyediakan kesempatan dimana anak terlibat dalam perencanaan bersama
dengan guru, dan memungkinkan secara direktif.
2. Guru sebagai
perencana. Guru berkewajiban mengembangkan
tujuan tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional.
Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan spesifik dan
operasional. Dalam kegiatan perencanaan ini, siswa perlu dilibatkan, sehingga
menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan, dan tingkat pengalaman
mereka. Peranan ini menuntut agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan
kondisi masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa,
metode belajar serasi, serta materi yang sesuai dengan minatnya.
3. Guru sebagai
perencana kemajuan belajar siswa.
Peranan ini erat kaitannya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa,
orang tua, dan bagi guru sendiri. Bagi siswa, agar mereka mengetahui seberapa
jauh mereka telah berhasil dalam studi. Bagi orang tua, agar mengetahui
kemajuan belajar anaknya. Bagi guru, penting untuk menilai dirinya sendiri dan
keefektifan pembelajaran yang telah dberikannya. Data yang terkumpul tentang
diri siswa, sebagian menunjukan beberapa
kelemahan yang memerlukan perbaikan melalui prosedur bimbingan yang efektif.
Dalam menjalankan kegiatan peranan ini, seharusnya guru mampu melaksanakan dan
mempergunakan tes-tes yang telah dilakukan, melaksanakan tes formatif, sumatif,
serta memperkirakan perkembagan siswanya.
4. Guru sebagai
pemimpin. Guru adalah pemimpin dalam kelas,
sekaligus sebagai anggota kelompok dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya yang
menejerial yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara ketertiban kelas,
mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas, serta menysun
laporan bagi pihak yang memerlukannya.
5. Guru sebagai
petunjuk jalan sumber-sumber. Guru
berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh
pengalaman yang kaya. Lingkungan sumber itu perlu ditunjukkan, kendatipun pada
hakikatnya anak sendiri yang berusaha menemukannya. Tentu saja sumber-sumber
yang ditunjukkan itu adalah sumber-sumber yang cocok untuk membantu proses
belajar mereka.
Keterampilan dasar guru dalam proses pembelajaran
Pembelajaran bukan saja usaha untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, malainkan juga usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
membelajarkan siswa/membuat siswa belajar agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal.
B.
Evaluasi Belajar dan
Pembelajaran
1. Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi merupakan
penyaduran bahasa dari kata evaluation dalam
bahasa Inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian.
Kata kerjanya adalah evaluate, yang berarti menaksir atau menilai, sedangkan orang yang
menilai atau menaksir disebut sebagai evaluator
(Echol, 1975).
Dapat disimpulkan evaluasi
adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk
memperoleh simpulan. Nana Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada
dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria
tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Dalam tahap ini kegiatan
yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
a. Guru mengajukan pernyataan kepada siswa, baik pertanyaan
lisan maupun pertanyaan dalam bentuk tulisan.
b. Jika pertanyaan yang diajukun guru belum bisa dijawab
oleh siswa (kurang dari 75 persen), maka guru perlu mngulangi kembali bagian
materi yang belum dikuasai siswa tersebut sampai siswa betul-betul mengerti.
c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa, guru dapat memberi
pekerjaan rumah (PR) yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan.
d. Ingatkan siswa waktu pembelajaran berikutnya, pokok-pokok
materi yang akan dipelajari, dan tugas yang perlu disiapkan untuk pertemuan
selanjutnya.
2. Kegunaan Evaluasi
Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar siswa dilakukan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan.
Lebih rinci, di antara kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh
siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa
dalam kelompok kelasnya
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan
perbaikan proses pembelajaran
4. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual siswa
5. Membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan
kemampuan siswa
6. Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan
kurikulum
7. Mengetahui efesiensi metode pembelajaran yang digunakan
8. Memberikan laporan kepada siswa dan orang tua
9. Memotivasi siswa dalam belajar
10. Merupakan bahan feed back bagi siswa, guru dan program
pembelajaran
3. Syarat-syarat Umum Evaluasi
Ada 5 syarat umum
evaluasi, yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, efesiensi, dan kegunaan/kepraktisan.
4. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan
suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran
melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
a. Fungsi dan tujuan
evaluasi pembelajaran untuk pengembangan. Dalam hal evaluasi pembelajaran berfungsi dan bertujuan untuk pengembangan
pembelajaran, maka evaluasi pembelajaran sedang menjalankan fungsi
formatif. Hal ini bertitik tolak dari
pandangan bahwa fungsi formatif evaluasi dilaksanakan apabila hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu
atau sebagian besar bagian kurikulum (pembelajaran) yang sedang dikembangkan
(Hasan, 1998: 39). Memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar aspek
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan pengembangan pembelajaran.
b. Fungsi dan tujuan
evaluasi pembelajaran untuk akreditasi.
Orang-orang yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
mengenal pengertian akreditasi sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap sekolah swasta untuk menentukan peringkat pengakuan
pemerintah terhadap sekolah tersebut (Arikunto, 1990 : 186)
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
rumusan masalah, pembahasan dan tujuan beserta manfaatnya dapat di tarik
beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Peranan
guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan
dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru,
maupun mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik
disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak
dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan
siswanya.
2. Peran guru dalam proses pembelajaran
adalah guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar dan fasilitator, guru
sebagai pembimbing, guru sebagai pengarah, guru sebagai pelatih, guru sebagai
penilai, guru sebagai pemimpin, guru sebagai didaktikus, guru sebagai rekan
seprofesi, guru sebagai inisiator, guru sebagai transmitter, guru sebagai
mediator, guru sebagai evaluator.
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan
nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan
penilaian pembealajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses
membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan
pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang
dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan
pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi merupakan sarana untuk mendapatkan
informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Terdapat beberapa teknik, jenis-jenis, dan syarat-syarat
penyusunan evaluasi pembelajaran yang dapat di lakukan dan diperhatikan oleh
pendidik dalam melakukan evaluasi pembelajaran.
B. Saran
Lebih
interaktif lagi bapak/ibu dosen dalam mengajar kami belajar dan pembelajaran 2
ini sehingga beberapa dari kami yang merasa malu bisa lebih terbuka dan bisa
menampilkan dirinya di muka umum terlebih lagi dengan beberapa peran dari guru
ini membutuhkan kepercayaan diri dan berani untuk berbicara di depan umum. Kami
juga sangat mendukung dan mengapresiasi
tindakan yang ibu lakukan untuk menyuruh teman-teman yang tidak pernah
muncul didepan kelas untuk berbicara di depan kelas.
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya
diperhatikan syarat-syarat dalam penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut
serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil yang diinginkan
sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutikno,
M Sobry. Peran guru dalam mewujudkan Pembelajaran yang berhasil, Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
: Lombok : Holistica
Siregar,
Eveline. Nara, Hartini.Evaluasi Belajar dan
Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia.
Dr. Dimyati, Drs. Mudjiono. Evaluasi Pembelajaran